MERDEKA DENGAN PENA
oleh : Ella Nurhayati
Menulis
adalah nyawa pena dalam setiap tetesan tinta dan untaian kata. Sanggup
merangkai air mata dalam setiap pinta doa pada-Nya. Menulis adalah
salah satu cara untuk meng-aktualisasikan diri, mempertajam pikiran dan
mengasah nurani.
Awalnya bermimpi menjadi
seorang penulis adalah hal yang mustahil bagi saya. Karena saya berfikir penulis
itu wajib berpendidikan dalam bidang sastra dan tergabung group-group menulis
yang hebat juga mahal. Ternyata itu hanya ketakutan belaka, buktinya saya hanya
banyak membaca dan belajar otodidak di internet yang harus menyisihkan uang
jajan terlebih dahulu untuk biaya warnetnya bisa meneteskan karya yang bagus,
walaupun bagus menurut saya dan semoga bagus menurut orang lain. Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya sudah senang
menulis, walaupun hanya menulis diary kecil. Namun itu semua menjadi awal saya
bisa menulis jenis tulisan yang lain. Yang jelas lewat tulisan saya bisa ungkapkan hati saya. Jeritan,
tangisan, keputusasaan, khawatir, cemas, takut, senang, bahagia, dan berbagai
keadaan hati saya, bebas diungkapkan dalam goresan pena yang akan menjadi saksi
bisu dalam sebuah istana jiwa. Dalam kesunyian tulisan akan menjadi obat
penawarnya. Kejujuran ini dapat menjadi doa yang menguatkan dan menyegarkan
pikiran. Bila di dalam diri kita
selalu ada keinginan untuk berbagi melalui tulisan. Kebosanan dan kepenatan
jiwa yang menyelimuti akan mencair oleh semangat untuk berbagi tulisan kepada orang lain. Rasa bosan
akan membeku. Berganti jemari yang menari-nari dan gairah hati yang bergelora.
Kedamaian hati mengiringi. Itulah menulis, media ungkapan hati yang efektif.
Menulis itu membebaskan kita untuk mengeluarkan apa yang terekam di pikiran
menjadi terjemahan ke dalam tulisan. Ketika saya merenung dan mencoba
menuangkannya ke sebuah media baik itu kertas maupun di Internet. Dengan
menulis saya mencoba mengubah kebiasaan yang sering omong kosong menjadi
sesuatu yang lebih terarah dan indah. Saat mulut tak bisa lagi berbicara dan
ketika hati tak lagi keluarkan irama, maka hanya goresan pena yang bisa saya
lakukan. Ketika lidah kelu tak dapat lagi berkata-kata dan ketika bibir kaku
tak lagi mau keluarkan suara, hanya dengan tulisan saya merasa bisa tuangkannya
menjadi kata-kata.
Satu hal yang hingga
kini saya masih bergelut di dunia tulis menulis walaupun belum sehebat mbak
Asma Nadia dan mbak Helvy Tiana Rosa adalah saya bisa merdeka dengan pena.
Merdeka menuliskan semua ungkapan jiwa saya, merdeka menyampaikan pesan dan
amanat yang positif lewat tulisan.
Renungkanlah, begitu
banyak yang dapat kita hasilkan dengan menulis. Bukan hanya sekedar fiksi, dan
tidak hanya bercerita tentang dongeng sebelu tidur anak-anak. Tapi coba
lihatlah problematika di hadapan kita menanti jawaban, jawaban-jawaban yang
menyegarkan. Luar biasa bukan, menjadi seorang penulis?
0 komentar:
Posting Komentar