Universitas Pakuan

http://www.unpak.ac.id/

Senin, 18 November 2013

MERDEKA DENGAN PENA

MERDEKA DENGAN PENA
oleh : Ella Nurhayati

Menulis adalah nyawa pena dalam setiap tetesan tinta dan untaian kata. Sanggup merangkai air mata dalam setiap pinta doa pada-Nya. Menulis adalah salah satu cara untuk meng-aktualisasikan diri, mempertajam pikiran dan mengasah nurani.
Awalnya bermimpi menjadi seorang penulis adalah hal yang mustahil bagi saya. Karena saya berfikir penulis itu wajib berpendidikan dalam bidang sastra dan tergabung group-group menulis yang hebat juga mahal. Ternyata itu hanya ketakutan belaka, buktinya saya hanya banyak membaca dan belajar otodidak di internet yang harus menyisihkan uang jajan terlebih dahulu untuk biaya warnetnya bisa meneteskan karya yang bagus, walaupun bagus menurut saya dan semoga bagus menurut orang lain. Sejak duduk di bangku sekolah dasar saya sudah senang menulis, walaupun hanya menulis diary kecil. Namun itu semua menjadi awal saya bisa menulis jenis tulisan yang lain. Yang jelas lewat tulisan saya bisa ungkapkan hati saya. Jeritan, tangisan, keputusasaan, khawatir, cemas, takut, senang, bahagia, dan berbagai keadaan hati saya, bebas diungkapkan dalam goresan pena yang akan menjadi saksi bisu dalam sebuah istana jiwa. Dalam kesunyian tulisan akan menjadi obat penawarnya. Kejujuran ini dapat menjadi doa yang menguatkan dan menyegarkan pikiran. Bila di dalam diri kita selalu ada keinginan untuk berbagi melalui tulisan. Kebosanan dan kepenatan jiwa yang menyelimuti akan mencair oleh semangat untuk berbagi tulisan kepada orang lain. Rasa bosan akan membeku. Berganti jemari yang menari-nari dan gairah hati yang bergelora. Kedamaian hati mengiringi. Itulah menulis, media ungkapan hati yang efektif. Menulis itu membebaskan kita untuk mengeluarkan apa yang terekam di pikiran menjadi terjemahan ke dalam tulisan. Ketika saya merenung dan mencoba menuangkannya ke sebuah media baik itu kertas maupun di Internet. Dengan menulis saya mencoba mengubah kebiasaan yang sering omong kosong menjadi sesuatu yang lebih terarah dan indah. Saat mulut tak bisa lagi berbicara dan ketika hati tak lagi keluarkan irama, maka hanya goresan pena yang bisa saya lakukan. Ketika lidah kelu tak dapat lagi berkata-kata dan ketika bibir kaku tak lagi mau keluarkan suara, hanya dengan tulisan saya merasa bisa tuangkannya menjadi kata-kata.
Satu hal yang hingga kini saya masih bergelut di dunia tulis menulis walaupun belum sehebat mbak Asma Nadia dan mbak Helvy Tiana Rosa adalah saya bisa merdeka dengan pena. Merdeka menuliskan semua ungkapan jiwa saya, merdeka menyampaikan pesan dan amanat yang positif lewat tulisan.

Renungkanlah, begitu banyak yang dapat kita hasilkan dengan menulis. Bukan hanya sekedar fiksi, dan tidak hanya bercerita tentang dongeng sebelu tidur anak-anak. Tapi coba lihatlah problematika di hadapan kita menanti jawaban, jawaban-jawaban yang menyegarkan. Luar biasa bukan, menjadi seorang penulis?

0 komentar:

Posting Komentar