Universitas Pakuan

http://www.unpak.ac.id/

Senin, 18 November 2013

Sekolah Kereta untuk Totto Chan

Resensi buku Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela




Totto Chan dianggap nakal. Selama pelajaran berlangsung, Totto Chan sering duduk di dekat jendela untuk menunggu pemusik jalanan datang dan meminta mereka bernyanyi. Alhasil, kelas menjadi ramai karenanya. Totto Chan juga pernah duduk di dekat jendela, hanya untuk berbicara dengan sepasang burung walet yang sedang membuat sarang di bawah atap. Lagi-lagi, Totto Chan membuat gaduh saat pelajaran berlangsung.
Gurunya tak tahan lagi dengan ulah Totto Chan. Akhirnya, Totto Chan dikeluarkan dari sekolah, saat usianya baru 7 tahun. Beruntung, masa depan Totto Chan terselamatkan karena ia dipindahkan ke Tomoe Gakuen oleh ibunya. Di sinilah Totto Chan bertemu dengan Sosaku Kobayashi, Kepala Sekolah Tomoe, yang mengajarkannya banyak hal.
Buku ini merupakan memoar dari penulis Jepang ternama, Tetsuko Kuronayagi. Gaya bahasanya yang lugas membuat buku ini bisa dibaca oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Menariknya, tidak ada satu bagian pun yang ia rekayasa dalam buku ini, semuanya nyata dari kenangannya di masa kecil.
”Untuk mengenang Sosaku Kobayashi” begitulah yang tertulis di halaman persembahan buku ini. Ia begitu merasa beruntung dapat mengenal sosok Kobayashi di masa kecilnya. Tidak pernah terbayang di benaknya, jika ia tidak bertemu dengan Kobayashi. Ia mungkin akan dicap sebagai “anak nakal” dan tumbuh tanpa rasa percaya diri seumur hidupnya.
Tomoe begitu istimewa. Tidak hanya untuk Totto Chan, tapi juga bagi seluruh murid Tomoe. Kobayashi menerapkan pelajaran yang bebas dan mandiri. Murid-murid bebas memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka suka. Entah itu dimulai dengan belajar bahasa Jepang, berhitung, mengarang, atau melakukan percobaan fisika. Murid juga bebas berkonsultasi dengan guru kapan saja dia merasa perlu.
 “Sekolah kereta”, begitulah Totto Chan menyebutnya. Sebab, ruang kelas di sini terdiri atas enam gerbong kereta yang sudah tidak lagi terpakai. Ia suka sekolah ini sejak kali pertama ia melihatnya. Tapi ternyata, alasan sebenarnya adalah karena ia bisa bebas menjadi dirinya sendiri di sini; Tomoe Gakuen.
Buku ini membuktikan bahwa tidak ada “anak nakal” di dunia ini. Seperti yang dituliskan Tetsuko dalam buku ini, Kobayashi mengatakan bahwa semua anak terlahir berwatak baik yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh buruk orang dewasa.

Dan, begitulah Kobayashi; berusaha menemukan watak baik setiap anak dan mengembangkannya agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas, seperti Totto Chan. (ita)

1 komentar:

  1. Lihat tokoh Totto Chan seperti melihat perilaku mhs Sastra Indonesia, yang kreatif dan imajiner serta agak2 aneh, hehehehe XD

    BalasHapus